Friday, October 27, 2017

Tugas Komunikasi Bisnis (kelompok)



TUGAS
KOMUNIKASI BISNIS












KELOMPOK KELAS 4EA16:
1.      ATIKA DEVINA EL DARI (11214782)
2.      DENTYA DHIYA ULHAQ (12214715)
3.      KHARINA LUTFIAR FIDYAPUTRI (15214857)
4.      VINKA VANIA MERLINDA (1C214075
5.      ZEAILA RIZKY HANDYANTIENI (1C214658)






PERENCANAAN LAPORAN BISNIS

*        PENGERTIAN DAN JENIS LAPORAN BISNIS
Laporan bisnis adalah suatu laporan yang memiliki sifat netral, tidak memihak, memiliki tujuan yang jelas dan berisi rencana penyajian fakta kepada seseorang atau lebih untuk tujuan bisnis tertentu.
Menurut Herta A. Murphy Laporan Bisnis adalah suatu laporan yang memiliki sifat netral, tidak memihak, memiliki tujuan yang jelas, dan berisi rencana penyajian fakta kepada seorang atau lebih untuk tujuan bisnis tertentu.
Menurut Himstreet Laporan Bisnis adalah suatu pesan-pesan objektif yang disusun secara teratur dan digunakan untuk menyampaikan informasi dari suatu bagian organisasional atau dari satu institusi atau lembaga kelembaga yang lain guna membantu pengambilan keputusan atau pemecahan masalah.
Pada umumnya penulisan laporan bisnis digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan, antara lain:
  1. Untuk memonitor dan mengendalikan operasional perusahaan.
  2. Untuk membantu mengimplementasikan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
  3. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku bagi perusahaan.
  4. Untuk mendokumentasikan prestasi kerja yang diperlukan baik bagi keperluan internal maupun eksternal.
  5. Untuk menganalisis informasi dan memberikan bimbingan bagi pengambilan keputusan-keputusan atas masalah tertentu.
  6. Untuk memperoleh sumber pendanaan atau membuka bisnis baru.
Selanjutnya, laporan bisnis dapat digolongkan ke dalam jenis sebagai berikut.
  1. Menurut fungsinya.
  • Laporan informasional adalah laporan yang member informasi, menyajikan fakta-fakta tanpa melakukan analisis, tanpa  kesimpulan, dan tanpa memberikan rekomendasi.
  • Laporan Analisis adalah laporan yang menyajikan fakta, menganalisis dan menginterprestasikan, kemudian menyimpulkan dan memberi rekomendasi.
Contoh : laporan kemajuan pekerjaan, Rekomendasi dan proposal.
  1. Menurut subyeknya
  • Suatu laporan dapat dibedakan menurut  departemen mana suatu laporan itu diperoleh.
Contoh :Laporan Akuntansi, Personalia, Produksi dan sebagainya.
  1. Menurut Formalitasnya.
  • Laporan dapat dibedakan atas dasar apakah bersifat formal atau nonformal. Menurut Frekuensinya. Suatu laporan dapat dibedakan atas dasar apakah secara berkala atau khusus.
  • Laporan menurut keasliannya, terdiri dari: laporan otoritas, laporan sukarela, laporan swasta, dan laporan public.
  1. Menurut keasliannya
  • Laporan Otoritas : laporan yang dibuat atas dasar permintaan atau kuasa dari orang lain.
  • Laporan sukarela : inisiatif dari pembuat laporan itu sendiri.
  • Laporan swasta : laporan yang dibuat oleh organisasi atau perusahaan swasta.
  • Laporan public : disusun oleh lembaga pemerintah atau lembaga yang dibiayai Negara.
  1. Menurut frekuensinya
  • Terdiri dari laporan berkala yaitu laporan yang disusun harian, mingguan, bulanan, semesteran, tahunan.contoh: laporan penjualan
  • Laporan Khusus : laporan atas kejadian yang unik(khusus) seperti laporan mengenai krisis dalam perusahaan.
  1. Menurut jenisnya
  • Suatu laporan dipengaruhi oleh formalitas dan panjangnya laporan. Laporan infomal meliputi laporan memorandum, laporan surat, dan laporan cetak. laporan formal sering disebut dengan laporan panjang.
  • Laporan surat merupakan suatu laporan yang menggunakan format surat dengan kepala surat. Laporan dalam bentuk cetakan mempunyai judul yang sudah tercetak, instruksi, baris-baris kosong. Laporan formal biasanya lebih panjang daripada laporan informal.
  1. Menurut Kegiatan Projek
  • Dalam melakukan suatu proyek, terdapat tiga jenis laporan,yaitu laporanpendahuluan, laporan perkembangan, dan laporan akhir.
  1. Menurut pelaksanaan Pertemuan
  • Agenda : suatu dokumen yang ditulis sebelum pertemuan berlangsung, dan biasanya terdiri atas jadwal pelaksanaan dan topic yang akan dibahas dalam pertemuan sehingga akan membantu peserta dalam persiapan.
  • Resolusi merupakan laporan singkat secara formal berisi hasil consensus suatu pertemuan.
  • Notulen adalah laporan resmi dalam suatu pertemuan yang telah berlangsung yang mencakup semua hal yang terjadi dalam suatu pertemuan. Mencakup pembahasan yang lebih luas dan berisi hasil pertemuan atau konferensi penting.

*        BAGIAN POKOK LAPORAN BISNIS
  1. Pendahuluan
Dalam bagian pendahuluan ada 10 (sepuluh) hal yang perlu dipertimbangkan, yakni:
  1. Pemberi Kuasa, adalah individu/organisasi yang meminta laporan;
  2. Tata-letak, menginformasikan kepada pembaca tentang apa saja yang akan dibahas dalam laporan bisnis;
  3. Masalah, biasanya diformulasikan di awal pendahuluan sebelum maksud atau tujuan laporan bisnis dinyatakan;
  4. Maksud, merupakan poin penting dalam laporan bisnis;
  5. Ruang Lingkup, berhubungan dengan luas cakupan atau batas suatu pokok bahasan dalam sebuah laporan bisnis;
  6. Metodologi, mengacu pada metode pengumpulan informasi;
  7. Sumber-sumber, mencakup berbagai sumber yang kita gunakan dalam penyusunan laporan bisnis, baik sumber tertulis maupun sumber lisan;
  8. Latar Belakang, jika pembaca dianggap perlu mengetahui informasi yang ada dalam laporan bisnis itu maka latar belakang harus disampaikan;
  9. Definisi Istilah, jika kita menggunakan istilah yang memiliki beberapa penafsiran maka kita harus menjelaskan kepada pembaca definisi yang kita maksudkan.
  10. Keterbatasan, adalah keterbatasan dalam hal dana, waktu, ataupun data yang tersedia.
Untuk laporan singkat, beberapa unsur tersebut dapat digabungkan menjadi satu atau dua paragraf dengan ataupun tanpa judul “Pendahuluan”. Bahkan dalam laporan berkala, judul pendahuluan dapat dihilangkan bila isi setiap periode sama dan pembaca telah mengetahuinya.
  1. Isi Laporan
Bagian terpanjang dari suatu laporan bisnis adalah isi laporan. Dalam bagian ini, kita membahas dan mengembangkan hal-hal yang penting secara rinci. Di samping itu, bagian ini dapat membantu kita mencapai maksud penulisan laporan bisnis. Penulisan laporan bisnis yang baik, harus mencakup temuan fakta yang penting dan relevan.
  1. Penutup
Bagian penutup berfungsi untuk merangkum laporan secara menyeluruh, dan untuk laporan analitis juga mengambil kesimpulan dan memberikan rekomendasiOleh karena itu, dalam Laporan Informasional bagian penutup ini dinamakan Rangkuman, sedangkan pada Laporan Analitis disebut Kesimpulan dan Rekomendasi. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam bagian penutup adalah sebagai berikut:
  1. Rangkuman, berisi ringkasan pembahasan secara menyeluruh. Kadangkala hanya berisi poin-poin yang penting, kekuatan dan kelemahan, atau manfaat dan kerugian;
  2. Kesimpulan, berisi evaluasi secara ringkas fakta-fakta yang dibahas, tanpa memasukkan pendapat pribadi kita sebagai penulis;
  3. Rekomendasi, menyarankan suatu program tindakan yang didasarkan pada kesimpulan yang telah dibuat;
  4. Rencana Tindakan, merupakan pernyataan terakhir yang mencakup waktu pelaksanaan program, anggaran yang diperlukan, dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap program/projek yang akan dilaksanakan.

*        PENGORGANISASIAN ISI DALAM LAPORAN BISNIS
Ada 2 (dua) cara yang dapat dipilih untuk digunakan dalam penyusunan isi laporan bisnis, yakni cara dedukasi (cara langsung) dan cara induksi (cara tak langsung).
Cara pertama:
Cara deduksi atau cara langsung berarti menyampaikan ide pokok dan rekomendasi tyerlebih dahulu, seteah itu baru dijelaskan ahl-hal yang rinci. Secara umum, kita dapat menggunakan cara deduksi atau cara langsung, jika pembaca kita memiliki cirri sebagai berikut:
  • Eksekutif  yang sibuk,
  • Lebih suka untuk menentukan sesuatu dengan segera,
  • Ingin mengetahui ‘berita baik’ atau informasi netral
  • Ingin menganalisis data lebih baik, dan hal ini akan menjadi lebih mudah jika,
  • Kesimpulan dan rekomendasi dicantumkan pada awal laporan
  • Ingin mengetahui pendangan penulis laporan dengan segera
  • Lebih menyukai laporan yang disusun dengan cara deduksi
Cara kedua:
Cara induksi atau cara tak langsung, berarti kita menjelaskan fakta-fakta yang ada terlebih dahulu, baru kemudian kita memberikan ide pokok, kesimpulan dan rekomendasi. Pada prinsipnya, kita menggunakan cara induksi jika pembaca kita mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  • Ingin mengetahui penjelasan secara rinci terlebih dahulu untuk dapat memahami kesimpulan dan rekomendasinya,
  • Ingin mengetahui kesimpulan yang kurang menyenangkan (‘berita buruk’),
  • Merasa kesimpulannya tidak bias dan dapat menerimanya
  • Perlu membaca keseluruhan laporan,bukan hanya bagian akhirnya saja
  • Lebih menyukai laporan yang disusun dengan cara induksi



*  MACAM-MACAM LAPORAN BISNIS
Laporan bisnis dapat diklarifikasikan berdasarkan macam-macam fungsi dan jenisnya, diantaranya adalah

1. Laporan Individu dan laporan resmi
Laporan individu adalah laporan yang dibuat atas inisiatif seseorang sendiri, karenanya membutuhkan rincian dan bukti pendukung yang lebih banyak daripada laporan resmi. Karena laporan resmi dibuat berdasarkan permintaan pihak lain.

2. Laporan rutin dan laporan khusus
Laporan rutin diajukan berdasarkan rutinitas yang dilakukan, biasanya telah dibuat dalam bentuk yang telah tentukan sejak awal.

3. Laporan internal dan laporan eksternal
Laporan internal pada umumnya adalah laporan yang dasarnya hanya ditujukan untuk lingkungan dalam perusahaan saja, sedangkan eksternal adalah laporan yang ditujukan untuk disebarkan ke pihak luar perusahaan.

Tema Laporan Bisnis “ Laporan Keuangan UMKM Enny Bakery Depok ”

Tugas Softskill Komunikasi Bisnis (Review Perbandingan 2 Jurnal)

REVIEW JURNAL
" Teknologi Informasi dalam Komunikasi Bisnis "



Nama : Atika Devina El Dari
NPM : 11214782
Kelas : 4EA16


Judul : PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK  PERGURUAN TINGGI
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
Jurnal : Jurnal  Penelitian Pendidikan
Volume dan Halaman : Vol. 12 No. 1
Tahun : April 2011
Penulis : Etin Indrayani Dosen IPDN, Mahasiswa S3 Adpend UPI

ABSTRAK
Efektivitas aplikasi TIK dalam proses manajemen kelembagaan sering terhambat oleh banyak faktor non teknis yang tidak dipersiapkan lembaga. Mulai dari penyiapan orang, budaya, mekanisme organisasi, bahkan teknis pemeliharaannya. Tak selamanya SIA yang berbasis TIK bisa meningkatkan kinerja pengelolaan administrasi akademik, manakala lembaga hanya menganggap bahwa implementasi TIK untuk SIA hanya sekedar menyiapkan perangkat keras TIK. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana sumbangan efektivitas manajemen SIA (X1), budaya TIK (X2), ketersediaan fasilitas TIK(X3), dan kualitas SDM SIA (X4) terhadap kinerja perguruan tinggi (Y). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik, populasi dalam penelitian ini melibatkan 22 perguruan tinggiyang ada  di Kota Bandung yang mengadaptasikan TIK dalam sistem administrasi akademiknya dan yang mengelola program strata-1 (S1). Untuk sampel kelembagaan, dengan menggunakan Proportionate random sampling (Sampel Acak secara Proporsional), didapat 18 perguruan tinggi yang terdiri dari 8 universitas, 3 institut, dan 7 sekolah tinggi. Sampel dosen dan mahasiswa masingmasing sebanyak 988 orang dosen dan 1579 orang mahasiswa. Alat pengumpul data yang digunakan adalah angket yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan analisis deskriptif analitik, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur atau path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut manajemen lembaga, semua variabel secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y sebesar 71,35%. Menurut dosen berpengaruh signifikan dengan besarnya sumbangan sebesar 77,5%, dan menurut mahasiswa berpengaruh signifikan sebesar 83,0%.


METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yang berjenis survei dengan pendekatan kuantitatif untuk mengkaji  hubungan dan pengaruh antar variabel yakni tentang pengaruh efektivitas manajemen SIA (X1), budaya TIK (X2),ketersediaan fasilitas TIK X3), dan kualitas SDMSIA (X4) terhadap kinerja perguruan tinggi (Y) dan dampaknya terhadap prestasi akademik mahasiswa (Z) pada perguruan tinggi di Kota Bandung yang dijadikan objek penelitian. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik, baik statistik deskriptif ataupun inferensial untuk eksplanasi. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan/ menyajikan data tentang keterlaksanaan sistem informasi akademik yang berbasis TIK di lembaga (perguruan tinggi), serta deskripsi tentang efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK, Kualitas SDM Sistem Informasi Akademik, kinerja perguruan tinggi, dan prestasi akademik mahasiswa. Statistik inferensi digunakan untuk menguji beberapa hipotesis yang diajukan.
Analisis inferensial yang dilakukan terhadap hipotesis penelitian dinyatakan dalam bentuk hipotesis nihil. Teknik statistik ini tidak langsung untuk menguji hipotesis alternatif, tetapi akan digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis nihil. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan studi dokumentasi. Angket menjadi alat utama, yang terdiri dari angket untuk para kepala pengelola biro akademik dan pengelola sistem informasi kelembagaan, para pelaksana sistem informasi akademik, dosen dan mahasiswa. Metode dokumentasi untuk menjaring data data yang relevan dengan subjek penelitian yang sudah terdokumentasikan, seperti hasil studi mahasiswa,organigram, dan dokumen terkait lainnya.  Data kualitatif yang didapat, juga akan dijadikan sandaran dalam melakukan pemaknaan secara logis melalui induktif atas penafsiran data kuantitatif. Ini juga ditujukan untuk menemukan pola atau kecenderungan dan sebagainya.

KELEBIHAN
Pengembangan sistem informasi akademik yang efektif, budaya TIK, ketersediaan Fasilitas TIK,dan Kualitas SDM SIA memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kinerja lembaga secara umum. Efektivitas manajemen SIA, Budaya TIK,Ketersediaan Fasilitas TIK, dan Kualitas SDM SIA secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja Perguruan Tinggi  pada semua kategori penilaian baik menurut manajemen lembaga, dosen
dan mahasiswa. Kualitas SDM SIA memberikan kontribusi pengaruh yang paling dominan dibandingkan variabel-variabel lainnya pada pengelolaan SIA PT dalam mempengaruhi kinerja perguruan tinggi. Kontribusi tidak langsung efektivitas manajemen SIA memberikan pengaruh yang positif  terhadap kinerja lembaga melalui variabel SDM SIA. Hal ini mengambarkan bahwa aspek manusia memegang. peranan penting dalam implementasi SIA terutama dalam menentukan kinerja lembaga meliputi jumlah orang yang menangani sistem, pendidikan dan pengalaman yang mereka miliki terkait dengan bidang yang mereka selenggarakan. Jika dicermati kontribusi tidak langsung SDM SIA melalui variabel efektivitas manajemen SIA terhadap kinerja perguruan tinggi bisa dikaitkan dengan kepuasan pengguna. Ketika para pekerja puas terhadap sistem informasi dan mengintegrasikan sistem informasi ke rutinitas mereka, maka sistem informasi menjadi efektif.

Kepuasaan mereka ini ditentukan oleh dua hal yaitu mutu sistem informasi dan mutu informasi. Mutu sistem informasi mengacu pada kemudahan penggunaannya. Jika pekerja atau pegawai menganggap suatu sistem informasi mudah digunakan maka sistem informasi tersebut bisa dikatakan bermutu tinggi.  Mutu informasi, disisi lain mengukur derajat informasi yang dihasilkan sistem informasi akurat dan dalam format yang dikehendaki oleh pengguna. Kontribusi kualitas SDM SIA melalui variabel budaya TIK memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja. Kompetensi pekerja yang tinggi memberikan keyakinan bahwa pemanfaatan sistem informasi berbasis TIK akan memberikan banyak kemudahan dalam menghasilkan layanan yang berkualitas. Hal ini tentu akan semakin mendorong para pegawai semakin termotivasi untuk meningkatkan kinerja melalui integrasi sistem dalam pelaksanaan tugas dan semakin memunculkan kreativitas dalam menghasilkan layanan-layanan yang bermutu kepada pengguna.


KEKURANGAN

Tetapi dari sampel dosen, setelah diuji secara simultan ternyata faktor manajemen SIA, budaya TIK, ketersediaan fasilitas, dan kualitas sumber daya manusia  tidak signifikan berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.  Hal ini bisa dijelaskan dari konteks subjektif bahwa kehadiran sistem informasi akademik hanya berdampak pada sistem pelayanan pada mahasiswa/dosen/atau stakeholder yang tidak terkait dengan implementasi kurikulum dimana produk akhirnya adalah capaian atas  serapan   materi/substansi   kurikulum  yang disampaikan dosen dalam bentuk prestasi akademik. Variabel efektivitas manajemen SIA yang diukur melalui parameter perencanaan organisasi SIA, Implementasi SIA, monitoring dan evaluasi,kualitas informasi yang dihasilkan serta kualitas sistem memberikan kontribusi pengaruh secara
langsung terhadap kinerja lembaga dikategorikan rendah. Pengaruh tidak langsung melalui variabel budaya TIK justru memberikan kontribusi yang negatif. Hal ini mencerminkan bahwa efektivitas implementasi SIA berbasis TIK mensyaratkan bahwa semua orang telah dalam kondisi siap dalam hal ketrampilannya, sikapnya, persepsinya serta iklim kerjanya. Apabila hal tersebut belum dipenuhi maka hal ini dapat memberikan kontribusi yang negatif bagi kinerja lembaga. Hal ini sejalan dengan pendapat Jasperson dkk (2005) bahwa apabila implementasi TIK yang dijalankan lembaga kurang memperhatikan aspek budaya yaitu budaya baru orang-orang ataupun organisasi karena kehadiran TIK dalam lingkungan mereka maka hal ini akan mengakibatkan inefektivitas dan inefisiensi implementasi TIK pada berbagai aspek manajemen terjadi. Efektivitas SIA dalam menunjang kinerja lembaga akan berkurang kontribusinya jika fasilitas sarana dan infrastruktur TIK tidak dalam kondisi yang memadai. Keterbatasan fasilitas dan infrastruktur TIK pada beberapa perguruan tinggi yang dikaji terutama disebabkan karena keterbatasan anggaran dalam memenuhi perangkat perangkat pendukung yang dipersyaratkan. Investasi TIK dalam proses manajemen SIA membutuhkan biaya yang banyak meskipun investasi TIK telah menjadi trend di setiap organisasi saat ini. Beberapa perguruan tinggi masih dalam tahap awal dalam implementasi TIK ini.



Judul : Pengembangan Sistem Informasi Monitoring Tugas Akhir Ber basis Short Message Service(SMS) Gateway di Fasilkom Unsri
Volume dan Halaman : Vol. 1, No. 2
Tahun : September 2011
Penulis : Ali Ibrahim


ABSTRAK
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology ICT) telah merambah berbagai bidang kehidupan tidak terkecuali bidang pendidikan dan pengajaran. Dengan perkembangan ICT setiap orang dapat mengolah, memproduksi serta mengirimkan ataupun menerima segala bentuk pesan komunikasi dimana saja dan kapan saja, seolah-olah tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Salah satu fasilitas telepon seluler yang banyak dipakai saat ini adalah SMS. Sebanyak 70% penduduk Indonesia menggunakan telepon seluler atau sekitar 150 juta jiwa. Kenyataan ini merupakan peluang bagi institusi pendidikan untuk menyelenggarakan proses transfer informasi. Dengan memanfaatkan perangkat bergerak, transfer informasi dapat dilakukan lebih cepat, akurat, efisien dan efektif. Makalah ini menyajikan pengembangan sistem informasi monitoring Tugas Akhir yang dapat membantu administrasi jurusan: (1) memberikan status proposal tugas akhir mahasiswa, (2) memberikan informasi jadwal seminar kepada mahasiswa, dan (3) mengingatkan mahasiswa yang proposalnya sudah diterima tapi belum diproses.


METODELOGI
Ada empat tahapan  yang digunakan dalam  penelitian ini  yaitu: (1) Analisa permasalahan, (2) Arsitektur dan diagram alir, (3) Pengembangan perangkat lunak, (4) Keluaran.
1 Analisa Permasalahan
Pada tahap analisa permasalahan dilakukan tahap awal yaitu menganalisa permasalahan yang nantinya berujung dengan penyelesaian masalah secara teoritis dan analisis. Proses yang dilakukan adalah melakukan penelusuran literatur dan diskusi dengan tim penelitian dengan tujuan untuk memperjelas dan mendapatkan  job-desc  yang jelas dari masing-masing persoalan dan penyelesaian. Pada tahap ini problem dipecahkan kemudian akan dibuatkan alat uji berupa perangkat lunak.
2 Arsitektur dan Diagram Alir Sistem
secara detailnya adalah sebagai berikut:
(a) Mahasiswa membuat proposal tugas akhir dan dilanjutkan mengumpulkan proposal tugas akhir ke administrasi jurusan.
(b) Administrasi jurusan akan menyerahkan proposal tugas akhir kepada Ketua Jurusan. Ketua jurusan akan membahas proposal dengan beberapa dosen.
(c) Ketua jurusan memberikan status proposal, apakah diterima (tanpa revisi), diterima (dengan revisi) atau ditolak.
(d) Administrasi melalui sistem  akan menginformasikan kepada mahasiswa tentang status proposal melalui SMS, yang dikirm dari sistem. Seandainya diterima dengan revisi maka administrasi akan menginformasikan batas waktu revisinya.
(e) Selain itu bagi mahasiswa yang belum mendapatkan informasi status proposalnya bisa langsung SMS dengan  telepon dan akan langsung diterima oleh administrasi jurusan, dan administrasi jurusan bisa langsung membalas dan langsung di terima oleh mahasiswa.
(f) Dosen pembimbing bisa memberikan informasi kepada mahasiswa bimbingannya, selain itu dosen pembimbing juga bisa saling berkomunikasi dengan mahasiswa bimbingan melalui SMS dan sistem yang di bangun.
(g) Administrasi juga bisa memberikan informasi kepada dosen pembimbing tentang jadwal seminar, jadwal sidang tugas akhir

3 Pengembangan Perangkat Lunak
Pengembangan perangkat lunak yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode  incremental  model.  Metode  ini  dapat melakukan pengerjaan tahapan proses secara paralel, tahap yang satu tidak harus
menunggu tahap yang lainnya. Ada lima tahap dalam metode  ini  yaitu kumunikasi, perancanaan,  pemodelan (analysis  and design),  construction  dan deployment.

KELEBIHAN

(1) memberikan status proposal tugas akhir mahasiswa, (2) memberikan informasi jadwal seminar kepada mahasiswa, (3) mengingatkan mahasiswa yang proposalnya sudah di terima tapi belum di proses. Selain itu dosen pembimbing dapat mengingatkan atau menginformasikan kepada mahasiswa bimbingannya agar segera untuk menyelesaikan tugas akhir, memotivasi dan memberi support kepada mahasiswa. Kelebihan yang lain pada sistem yang akan dibuat adalah dapat mengirimkan SMS balasan atau  request  status proposal mahasiswa, mengirimkan SMS jadwal ujian tugas akhir, mengirimkan SMS early message kepada mahasiswa, dosen pembimbing, dosen penguji bahwa ujian akan dimulai satu jam lagi, mengirimkan SMS nilai ujian akhir mahasiswa. Dengan demikikan model sistem informasi menjadi lebih interaktif baik antar administrasi ke mahasiswa, mahasiswa ke dosen pembimbing,  mahasiswa ke Ketua Jurusan, sehingga dengan adanya perangkat lunak sistem informasi monitoring tugas akhir berbasis SMS Gateway di Fasilkom Unsri dapat mempersingkat waktu dalam memperoleh dan memberikan informasi.

KEKURANGAN

Kegiatan administrasi jurusan tersebut memiliki beberapa kendala dan terlihat kurang efisien, dan tidak efektif. Hal ini terlihat seperti sistem informasi masih belum dapat melacak posisi proposal saat dalam proses pengajuan hingga selesai, sehingga menyebabkan mahasiswa harus sering ke kampus untuk menanyakan status proposalnya, dan untuk melihat jadwal ujian  akhir. Selain itu administrasi harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan Ketua Jurusan jika ada mahasiswa yang menanyakan status proposalnya. Akibatnya kinerja
administrasi terlihat kurang efektif.










Saturday, September 30, 2017

Tugas Komunikasi Bisnis (Review Jurnal)

REVIEW JURNAL

Nama   : Atika Devina El Dari
NPM   : 11214782
Kelas   : 4EA16
Judul    : KOMUNIKASI DAN GENDER : PERBANDINGAN GAYA KOMUNIKASI
DALAM BUDAYA MASKULIN DAN FEMINIM

Penulis : Sangra Juliano P
Link :https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+dasar+komunikasi+dan+komunikasi+bisnis+2017&btnG=


Pendahuluan
Cukuplamapriadianggapmendominasi wanita dalam berbagai hal, seperti dalam bidang pekerjaan, profesi/karir, olahraga, militer, hingga dalam hubungan pribadi dan rumah tangga, bahkan dominasi tersebut berlangsung  relatif  lama  sebelum munculnya isu emansipasi dan kesetaraan gender. Komunikasi dinilai turut memberikan kontribusi dalam mengangkat isu kesetaraaan gender tersebut sebagai wujud penyampaian pesan dan pernyataan yang berasal dari pikiran, emosi, tindakan serta pengalaman diantara individu.

Banyak pengalaman dan pengamatan disekitar kita yang menggambarkan rumitnya komunikasi yang terjadi antara pria dan wanita. Konsepkomunikasi pria dan wanita layaknya seperti komunikasi lintas budaya yang terkadang membingungkan seperti saat membayangkan dua orang berbicara namun berasal dari dua negara yang berbeda. Pria dan wanita sering menggunakan bahasa yang bertentangan/ berlawanan dengan maksud dan tujuannya. Seperti saat terjadinya pertengkaran antara sepasang kekasih, dimana wanita cenderung akan memilih untuk diam, sebagai ungkapan pesan yang bermakna bahwa dia (wanita) sedang menghukum kekasihnya (pria), disisi lain pria lebih menikmati suasana hening yang tercipta saat bersama pasangannya, sebelum akhirnya ia (para kaum pria) menyadari bahwa “keheningan” itu adalah awal dari sebuah konflik.

Adanya  unsur-unsur  kesengajaan  dari para pria untuk mempertahankan dominasinya di masyarakat dengan membedakanekspresi berkomunikasi untuk pria dan wanita. Hal ini disebabkan karena paradigm masyarakat terhadap perempuan yang dianggap hanya sebagai pelengkap, objek, dan lemah. Oleh karenanya, muncul ekspresi-ekspresi asimetri yang berimbas

kepada ketidakadilan (gender inequalities) terhadap wanita.

Banyak penelitian yang telah dilakukan dan dipublikasikan (terutama di Amerika dan Eropa) kepada masyarakat mengenai perbandingan gaya komunikasi antara pria dan wanita, tapi masih kurang mendapat perhatian khusus, karena sebagian besar masyarakat cenderung  menganggap bahwa pria dan wanita sejajar dalam hal kemampuan, bakat, dan potensi diri, walaupun secara ilmiah, pria dan wanita memiliki banyak perbedaan, khususnya dalam berkomunikasi
Dari paparan latar belakang diatas, maka focus permasalahan yang dianalisa adalah : bagaimana peran konsep gender dalam gaya komunikasi pria dan wanita dan perbedaan gaya komunikasi dalambudaya maskulin dan feminim. 
Pembahasan 
  1.  Peran Gender dalam Gaya Komuni- kasi Pria dan Wanita
Untuk  membedakan  antara   seks  dan gender dapat dipahami bahwa, “Seks mengacu pada ciri biologis antara pria dan wanita, yang sering disebut jenis kelamin, sementara gender mengacu pada konsep psikologikal, sosial dan interaksi karakter diri dari Individu”. (Wolvin, 1995:105).
Sejalan dengan pendapat tersebut Sandra Harding dan Julia Wood, menyebutkan bahwa gender adalah sistem makna, sudut pandang melalui posisi dimana kebanyakan pria dan wanita dipisahkan secara lingkungan, material, simbolis. Gender juga merujuk pada perbedaan karakter pria dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat status, posisi, dan perannya dalam masyarakat.4
Faktor yang harus diperhatikan adalah bahwa istilah “sifat pria” dan “sifat wanita”, yaitu konsep budaya maskulin dan budaya feminim. Namun pada kenyataannya bahwa bahasan mengenai komunikasi pria dan wanitaharus mengacu pada “kecenderungan yang ada pada pria” dan “kecenderungan yang ada pada wanita”.Perlu di ingat bahwa kecenderungan dari suatu gender bukanlah deskriptor untuk sebuah seks/ jenis kelamin. Seseorang dengan gesturnya, cara berjalannya, nada suara dan bahasanya seringkali digunakan untuk menjadi bahan stereotip dari suatu kelompok tertentu.

                   2.   Perbedaan   Susunan    Syaraf   Otak Pria dan Wanita 
Dari perspektif seksual, hasil penelitian biologis menyatakan temuan bahwa dalam tubuh melukiskan seksual asimetris yang sangat konsisten antara pria dan wanita. Seks berbeda karena perbedaan dari susunan otak, struktur dan organ emosional tubuh antara pria dan wanita. Hal-hal tersebut berperan dalam mempengaruhi cara/proses penyampaian informasi, sehingga pada hasilnya persepsi, prioritas dan tingkah- laku antara pria dan wanita jadi berbeda. Dasar-dasar biologis seperti inilah yang menimbulkan efek mendalam dalam pola komunikasi pria dan wanita. Sebagai contoh, perbedaan respon antara pria dan wanita dilatarbelakangi dengan adanya perbedaan struktur, susunan dan pengorganisasian didalam otak.
Pada kenyataannya, otak wanita memiliki lebih banyak daerah yang terkait dengan komunikasi daripada otak pria, yang menjelaskan mengapa wanita cenderung menggunakan bahasa sebagai perangkat membangun hubungan emosional, sedangkan pria menggunakan bahasa untuk saling bertukar informasi dan memecahkan masalah. Rata-rata, seorang wanita berkata
7.000 kata per hari, sementara pria hanya mengatakan 2.000 kata perharinya. Kedua bagian otak wanita juga terhubung lebih efektif daripada otak pria, dan mereka terhubung lebih dekat, yang menjelaskan bagaimana perempuan lebih mampu untuk multitasking dibandingkan pria, yang umumnya harus berkonsentrasi pada satu pekerjaan pada satu waktu. Konektivitas lebih besarpadaotak perempuan jugadiduga menjadi alasan adanya kemampuan intuisi wanita yang lebih baik. 6
Pada umumnya otak pria tersekat- sekat secara tegas, sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam mengelola informasi. Mayoritas kaum pria memiliki kemampuan untuk memilah dan menyimpan informasi dengan rapi di kepalanya sedemikian rupa. Dua bagian dari otak pria terhubung oleh serat-serat berukuran lebih tipis dibandingkan otak wanita, dimana hal tersebut mempengaruhi keterbatasan salah satu sisi otak pria dalam menerima arus informasi. Hal inilah yang menyebabkan wanita lebih ekspresif dalam mengekspresikan emosi mereka dalam bentuk kata-kata, karena apa yang ia rasakan dapat ditransmisikan lebih efektif dari pada sisi verbal yang ada di dalam otak. Struktur otak yang berbeda pada wanita menyebabkan para wanita cenderung melakukan rewind atas informasi  yg  ada di kepala mereka selama berkali-kali. Satu-satunya cara untuk  menghentikan itu adalah dengan mengungkapkannya. “Curhat” akan membantu wanita dalam mengklasifikasikan dan menata informasi di kepalanya.

      3.                Proses Sosialisasi dan Masa Pertumbuhan Anak
Mengacu pada beragam kajian pengetahuan dan penelitian sosial, dimana gender merupakan suatu konstruksi sosial. Gender membedakan antara pengetahuan yang dipelajari individu mengenai diri- sendiri dan dunia yang membuat seseorang tumbuh menjadi berbeda.
Pria dan wanita seringkali diperlakukan dengan perlakuan yang berbeda, baik sebagai seorang anak maupun sebagai orang dewasa. Sejak kecil, anak laki-laki telah mempelajari sifat-sifat umum dari maskulinitas seperti kebebasan, kompetisi, penyerangan dan sebagainya. Nilai kekuatan pria berada pada kompetensi, efesiensi, dan pencapaian/kesuksesannya. Pria lebih tertarik pada suatu objek dan benda dari pada mengenai manusia dan perasaannya, sedangkan wanita mempelajari sifat-sifat feminin seperti ketergantungan, merawat dan sensitifitas. Perbedaan yang berkembang sejak masa kanak-kanak (pria dan wanita) tumbuh dalam dunia “berkata-kata” yang berbeda. Anak pria dan wanita cenderung memiliki perbedaan dalam bagaimana mereka berbicara dengan temannya. Anak pria cenderung bermain dalam kelompok yang besar dimana terdapat struktur kedudukan dimana ada/tidak ada persaingan untuk kepemimpinan, adayang menjadi pemenang dan yang kalah dalam setiap permainanyang pria mainkan dimana aturan-aturan cukup kompleks didalamnya. Penekanannya ada dalam keahlian dan siapa yang terbaik diantara mereka. Sedangkan anak wanita cenderung bermain dalam kelompok yang kecil bahkan hanya berdua, dan biasanya akan menjadi teman baik; kuncinya adalah keintiman. Masing-masing dapat giliran dan biasanya tidak ada yang menang atau kalah, dan anak wanita tidak terlalu mengumbar/ membanggakan kesuksesannya. 

 4.                Seksis Dalam Bahasa Pria dan Wanita
  Bahasa  adalah   alat   komunikasi  yang dipakai oleh masyarakat untuk mengekspresikan gagasan yang telah menjadi konsesus bersama. Ekspresi bahasa tersebut menggambarkan kecenderungan masyarakat penuturnya. Oleh karena itu untuk mempelajari dan menjelaskan bahasa kita harus melibatkan aspek-aspek sosial yang mencitrakan masyarakat tersebut, seperti tatanan sosial, strata sosial, umur, lingkungan dan lain-lain. Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Chomsky dalam penelitiannya bahwa bahasa adalah asosial karena mengabaikan heterogenitas yang ada dalam masyarakat, baik status sosial, pendidikan, umur, jenis kelamin latar belakang budayanya, dan lain-lain.8Dalam hasil penelitiannya, Chomsky percaya bahwa bahasa adalah hasil konsensus masyarakat. Konsesus itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh dominasi penguasa yang ada karena merekalah yang punya kekuatan untuk mengeluarkan kebijakan. Namun demikian, perbedaan dalam penggunaan bahasa oleh kaum pria dan wanita memang sangat susah bila hanya sekadar kecenderungan biologis semata.

  5.                Perbandingan      Gaya    Komunikasi Budaya Maskulin dan Feminim
Wanita yang berasal dari budaya feminim menanggapi dunia secara berbeda daripriakarenapengalamandanaktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja. Karena dominasi politiknya, sistem persepsi pria menjadi lebih dominan, menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif wanita. Untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, wanita harus mengubah perspektif mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima pria.
Pada umumnya, para pria telah mendominasi masyarakat melalui pembicaraan dengan menggunakan ekspresi yang kuat sementara wanita  harus beradaptasi dengan bahasa mereka untuk lingkungan-lingkungan mereka baik itu bisnis atau pribadi, dimana terdapat permasalahan bahasa ketika wanita dihadapkan antara bisnis dan hubungan pribadi. Mereka (wanita) dituntut menggunakan bahasa formal dalam lingkup bisnis tetapi tetap menggunakan “bahasa feminim” saat berbicara dengan teman- teman dalam hubungan pribadi. Jika mereka menolak untuk berbicara seperti layaknya wanita, mereka akan ditertawakan karena dianggap maskulin (tomboy), tetapi mereka juga diejek saat menggunakan “bahasa feminin” karena dianggap tidak dapat berbicara dengan tegas, contohnya saat wanita harus melakukan penyesuaian dalam setiap pidato mereka. Kebanyakan wanita bisa menguasai bahasa feminim dan bahasa maskulin serta merasa nyaman menggunakan bahasa feminim dan bahasa maskulin tersebut. 
Dalam sebuah situasi percakapan, Wanita (kaum feminim) cenderung menceritakan segala sesuatu dengan cara yang berbelit. Semua yang berkaitan bisa dikatakan secara panjang, padahal intinya bersifat sangat sederhana. Sementara itu,Pria (kaum maskulin) tidak memproses informasi panjang dengan gambaran yang terlalu luas. Karena itu, pria seringkali terlihat bosan dengan cerita yang berbelit. Pria cenderung mengatakan apa yang harus mereka katakan, dengan asumsi pesan yang disampaikan jelas dan maju dari titik yang ingin dicapai. Oleh karena itu, pria percaya bahwa wanita suka membuang-buang waktu, berbicara terlalu banyak dan tidak langsung pada maksud mereka, sebaliknya para pria cenderung lebih to the point .
Dalam sebuah pertengkaran, wanita cenderung suka mencampuradukkan masalah. Sementara itu, pria memiliki naluri melawan, apalagi jika dia tidak mengerti  mengapa   wanita   dapat menjadi marah. Dalam sebuah argumen keluhan,Sebenarnya, pria cenderung melihat diri mereka sebagai pemecah masalah. Jadi, apa yang dikatakannya mungkin adalah sebuah solusi singkat yang coba ia berikan. Hal ini membuat pria tidak merasa bahwa yang dikatakan pasangan adalah sebuah solusi. Justru, sebagai hal yang menunjukkan sifat acuhnya. Padahal, mayoritas pihak pria telah membantu pasangannya mencarikan sebuah solusi, walaupun hanya sebuah solusi sederhana. Dalam sebuah penyelesaian masalah, para pria memang dilahirkan dengan sifat acuh terhadap hal-hal sepele. Sementara itu, wanita memerlukan sebuah keyakinan bahwa hal sepele tersebut tidak akan mengganggu hubungan mereka. Terlalu banyak berpikir, mencemaskan hal kecil justru membuat masalah menjadi lebih kompleks atau bahkan membuat masalah baru. Perbedaan cara pandang inilah yang membuat pria dan wanita terkadang sulit menemukan kesepakatan. Tabel berikut dapat menggambarkan bagaimana gaya komunikasi wanita.

Tabel 1. Gaya Komunikasi Wanita

Tatkala Seorang Wanita Berkata…
Maksud Sebenarnya adalah…
Kita perlu bicara
Aku sedang stress atau punya masalah
Kita perlu
Aku ingin
Aku menyesal
Kamu yang akan me- nyesal
Itu keputusanmu
Selama aku setuju
Itu tidak masalah bagiku
Tentu saja itu masalah bagiku!
Kamu      harus      belajar berkomunikasi
Pokoknya setujui saja apa kataku
Apakah     kau     mencin- taiku?
Aku ingin sesuatu yang mahal
Kamu bersikap manis malam ini
Apakah seks saja yang selalu kau pikirkan?
Seberapa besar cintamu kepadaku?
Aku telah melakukan sesuatu yang tidak akan kau sukai
 
Perbedaan lainnya juga dapat dilihat pada kontak verbal antara  pria  dan wanita. Wanita lebih banyak bicara pada pembicaraan pribadi, sedangkan  pria  lebih banyak terlibat pembicaraan publik, pria menggunakan pembicaraan sebagai pernyataan fungsi perintah, menyampaikan informasi, dan meminta persetujuan. Wanita memiliki kosakata yang luas untuk menjelaskan emosional dan estetika mereka. Wanita telah diajarkan untuk mengekspresikan perasaan mereka, dan pria lebih kepada menyembunyikan dan menyampingkan perasaan mereka. Oleh karena itu, wanita lebih banyak dan lebih luas dalam berkata-kata untuk menunjukan apa yang mereka rasakan. Sebagai contoh, pria akan mendeskripsikan warna merah, sedangkan wanita mendeskripsikan dalam bentuk yang lebih spesifik seperti ruby, magenta, atau rose. 
 Dari konteks nonverbal, saat berbicara wanita cenderung menjaga pandangan, sering manggutdan berguman sebagai penanda ia mendengarkan dan menyatakan kebersamaannya. Pria dalam hal mendengarkan berusaha mengaburkan kesan itu sebagai upaya menjaga statusnya. Begitupula dengan bentuk-bentuk nonverbal lainnya, seperti nada suara, lingkungan, kontak tubuh, dan penampilan Wanita lebih ekspresif namun kurang memiliki kontrol. Dibandingkan dengan pria, Wanita lebih mampu mengekspresikan diri secara spontan dan menunjukkan pose wajah yang akurat terhadap apa yang sedang disampaikan. Seringkali karena sikapnya yang ekspresif wanita membuat hal-hal yang kurang disukai oleh komunikan karena wanita mampu mengekspresikan emosinya namun kurang memiliki kemampuan mengontrol apa yang sebaiknya tidak diekspresikan. Namun pria lebih mampu membaca tulisan dalam bentuk sandi (kode). Pria yang terlatih dalam bahasa nonverbal menunjukkan bahwa ia juga mampu membaca sandi. Selain itu pria juga menunjukkan tingkah laku yang lebih dominan saat berjabat  tangan,  marah, dan ekspresi kesal, sedangkan wanita menunjukkan gerakan tubuh yang lebih terkoneksi saat tertawa, tersenyum, dan postur tubuh lebih membuka diri.
  
Kesimpulan
 
   1.    Peran gender pada gaya komunikasi memang tidak dapat sepenuhnya dapat dijadikan alasan perbedaan   antara gaya komunikasi pria dan wanita, namun gender telah memberikan kontribusinya melalui proses sosialisasi pada masa pertumbuhan seorang anak laki-laki dan perempuan. Peran lainnya juga dapat tergambarkan melalui adanya seksis dalam bahasa pria dan wanita dari beberapa budaya tertentu.

    2.    Mengenai perbandingan gaya komu- nikasi antara dua budaya yang ber- beda yakni budaya maskulin (pria) dan   budaya   feminim   (wanita), tidak menunjukkan bahwa cara berkomunikasi pria lebih baik daripada cara berkomunikasi wanita atau sebaliknya. Namun perbedaan gaya komunikasi tersebut dapat diamati berdasarkan pengkategorian- pengkategorian tertentu, seperti perbedaan saat berbicara, pemilihan topic pembicaraan, cara interupsi, penggunaan kata/kalimat tanya, menggunakan cerita dan guyonan, dan kategori-kategori lainnya.